Beranda | Artikel
Niat Puasa Rajab
Rabu, 21 Maret 2018

Cara Niat Puasa Rajab yang Benar

Tanya tadz, gimana cara niat puasa rajab yang bener, mumpung memasuki bulan rajab saya mau puasa rajab insya Allah. Suwun

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelum kita membahas mengenai niat puasa rajab, kita akan membahas niat secara umum.

Para ulama sepakat bahwa niat adalah amal hati, dan bukan amal lisan.

Imam An-Nawawi mengatakan,

النية في جميع العبادات معتبرة بالقلب ولا يكفي فيها نطق اللسان مع غفلة القلب ولا يشترط

“Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan,…” (Raudhah at-Thalibin, 1/84)

Dalam kitab yang sama, beliau juga menegaskan,

لا يصح الصوم إلا بالنية ومحلها القلب ولا يشترط النطق بلا خلاف

“Tidak sah puasa kecuali dengan niat, dan tempatnya adalah hati. Dan tidak disyaratkan harus diucapkan, tanpa ada perselisihan ulama…” (Raudhah at-Thalibin, 1/268)

Dalam I’anatut Thalibin –salah satu buku rujukan bagi syafiiyah di Indonesia–, Imam Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii juga menegaskan,

أن النية في القلب لا باللفظ، فتكلف اللفظ أمر لا يحتاج إليه

“Sesungguhnya niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri dengan mengucapkan niat, termasuk perbuatan yang tidak butuh dilakukan.” (I’anatut Thalibin, 1/65).

Di masyarakat kita, beberapa guru agama mengajarkan lafal niat untuk beberapa amalan. Ada lafal niat wudhu, niat tayamum, niat mandi besar, niat puasa, niat zakat, niat sedekah, dst. Sayangnya, para guru agama ini tidak mengajarkan lafal niat untuk semua bentuk ibadah. Di saat itulah, banyak masyarakat yang kebingungan, bagaimana cara niat ibadah yang belum diajarkan lafalnya?

Itu artinya, anjuran melafalkan niat yang diajarkan sebagian guru agama, telah menjadi sebab timbulnya keraguan bagi sebagian masyarakat dalam beramal. Padahal ragam ibadah dalam Islam sangat banyak. Tentu saja, masyarakat akan kerepotan jika harus menghafal semua lafal niat tersebut. Menghafal bacaan dan dzikir dalam shalat saja sudah cukup berat bagi mereka, ditambah beban menghafal lafal-lafal niat..

Dari keterangan para ulama syafiiyah, sekali lagi kita garis bawahi bahwa niat itu amal hati. Karena itu, memindahkan niat ini ke lisan berarti memindahkan amal ibadah bukan pada tempatnya. Dan tentu saja, ini bukan cara yang benar dalam beribadah.

Inti Niat

Bagian kedua yang perlu kita perhatikan adalah inti niat. Mengingat niat adalah amal hati, maka inti niat adalah keinginan. Ketika Anda menginginkan untuk melakukan seuatu maka Anda sudah dianggap berniat. Baik amal ibadah maupun selain ibadah. Ketika Anda ingin makan, kemudian Anda mengambil makanan, maka Anda sudah dianggap niat makan. Demikian halnya ketika Anda hendak shalat dzuhur, Anda mengambil wudhu kemudian berangkat ke masjid di siang hari yang panas, sampai Anda melaksanakan shalat, tentu Anda sudah dianggap berniat.

Artinya modal utama niat adalah kesadaran. Ketika Anda sadar dengan apa yang akan Anda kerjakan, kemudian Anda berkeinginan untuk mengamalkannya maka Anda sudah dianggap berniat. Ketika Anda sadar bahwa besok Ramadhan, kemudian Anda bertekad besok akan puasa maka Anda sudah dianggap berniat. Apalagi jika malam harinya Anda taraweh dan makan sahur. Tentu ibadah semacam ini tidak mungkin Anda lakukan, kecuali karena Anda sadar bahwa esok pagi Anda akan berpuasa Ramadhan. Dan itulah niat.

Syaikhul Islam pernah ditanya sebagai berikut,

Bagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang niat puasa Ramadhan; apakah kita harus berniat setiap hari atau tidak?

Jawaban beliau:

كُلُّ مَنْ عَلِمَ أَنَّ غَدًا مِنْ رَمَضَانَ وَهُوَ يُرِيدُ صَوْمَهُ فَقَدْ نَوَى صَوْمَهُ سَوَاءٌ تَلَفَّظَ بِالنِّيَّةِ أَوْ لَمْ يَتَلَفَّظْ . وَهَذَا فِعْلُ عَامَّةِ الْمُسْلِمِينَ كُلُّهُمْ يَنْوِي الصِّيَامَ

“Setiap orang yang tahu bahwa esok hari adalah Ramadhan dan dia ingin berpuasa, maka secara otomatis dia telah berniat berpuasa. Baik dia lafalkan niatnya maupun tidak ia ucapkan. Ini adalah perbuatan kaum muslimin secara umum; setiap muslim berniat untuk berpuasa.” (Majmu’ Fatawa, 6/79)

Niat Puasa Rajab

Menyimpulkan dari keterangan di atas, selama anda menyadari bahwa besok telah masuk bulan rajab atau anda sudah berada di dalam bulan rajab, lalu anda berencana untuk puasa esok hari karena rajab maka anda dianggap telah berniat puasa rajab.

Hanya saja, ada catatan yang perlu kita perhatikan bahwa tidak dijumpai adanya hadis shahih yang secara khusus menganjurkan puasa di bulan rajab. Hadis yang menyebutkan keutamaan-keutamaan puasa di bulan rajab, dinilai para ahli hadis sebagai hadis dhaif atau bahkan palsu.

Di konsultasisyariah.com telah ada beberapa artikel mengenai dasar anjuran puasa rajab..

[1] Adakah Puasa Bulan Rajab?

Adakah Puasa Bulan Rajab?

[2] Mengapa Dianjurkan Puasa Rajab?

Mengapa Puasa Rajab?

[3] Hadis Dhaif Seputar Bulan Rajab

Hadis Dhaif Seputar Bulan Rajab

Demikian, Semoga bermanfaat…

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/31404-niat-puasa-rajab.html